Monday, April 13, 2020

Bukan cuma profesi OJOL yang butuh bantuan di tengah Pandemik Korona



PSBB sudah diberlakukan di Jakarta dan berikutnya daerah Jawa Barat pun akan menyusul karena sudah disetujui, bahkan bisa jadi kedepanya daerah daerah lain akan ikut menyusul jika memang pandemic ini terus berlanjut. Tapi entah kenapa ya, atau bisa jadi ini hanya perasaan saya saja. Makin kesini yang makin banyak disorot adalah nasib driver online atau ojol. Banyak instansi baik swasta maupun negeri yang memberi bantuan ke ojol, baik berupa makanan, alat kesehatan, ataupun lainya.
Saya hanya merasa hal ini agak sedikit kurang adil sih kalo hanya memberi bantuan dengan melihat hanya dari profesinya. Alangkah jauh lebih baik jika melihat dari latar belakangnya, maupun apa yang menjadi tanggungan hidupnya.dari pandangan pribadi saya Sebagian driver ojol yang saya kenal bisa saya bilang mereka itu mampu, mampu dalam segi finansial maupun mampu dalam kondisi Kesehatan, dan bahkan Sebagian besar mereka itu anak2 muda yang sebenarnya mungkin tanggungan hidupnya belum sebesar orang yang telah memiliki keluarga besar. Bahkan ada juga yang sebenernya mereka ngeojol itu cuman ngisi waktu luang aja sih. Jadi jika memberi bantuan hanya karena profesi sebenarnya agak kurang adil sih…
Saya akan lebih konsen ke mereka yang bener2 bekerja dijalanan memang karena menjadi tulang punggung keluarga. Bukan hanya ojol, tapi juga ojek offline, ada juga dagang jamu keliling, pemulung, pedagang mainan atau makanan depan sd yang kehilangan pekerjaan karena sekolah pada nggak aktif, ada juga pedagang asongan keliling, pedagang sayur, dan banyak lagi aktor jalanan yang layak diberi bantuan di kondisi seperti ini. Saya yakin Sebagian profesi yang saya sebut khususnya yang masih konvensional alias tidak menggunakan aplikasi dalam proses jual belinya, merupakan orang yang lebih berumur ketimbang driver online, itulah kenapa mereka masih bertahan dengan proses jual beli konvensional. Mereka mereka inilah yang biasanya punya tanggungan keluarga yang mungkin akan kesulitan bertahan di keadaan ini. Mereka2 inilah yang juga layak mendapatkan perhatian dari pihak pemerintah.
Saya memiliki tetangga yang bekerja menjual jajanan keliling di depan2 SD, dan saat ini dia bener2 nggak bisa bekerja, kondisi yang begitu mendadak membuat dia bener2 syock, karena memang dia benar2 tidak bisa bekerja karena dilarang. Sekolah2 yang biasa dia jajakan jajananya pun tutup semua. Disisi lain,  penghasilanya yang pas pas an, membuat dia hingga sekarang tidak memiliki tabungan yang mungkin tidak akan cukup untuk menopang kehidupan dia dan keluarganya. Dia masih memiliki seorang 2 anak yang masih kecil yang harus tetap membutuhkan makan setiap harinya. Dia yang sudah cukup berumur nggak mengerti tuh yang Namanya smartphone dan penggunaanya. Dia juga tidak bisa pulang kampung dan dipaksa tetep bertahan diperantauan dengan tanpa penghasilan maupun bantuan. Trus bagaimana nasib nya kedepan?? Saya pernah mendengar Bapak ini berbicara kalau beliau terkadang iri dengan driver online yang masih bisa berkeliling dan mencari rejeki dikondisi seperti ini, walau mungkin penghasialan dari ojol menurun tapi paling enggak tetep memiliki penghasilan ketimbang bapak ini yang bener bener 0 rupiah income. Bapak ini nggak ngerti bagaimana menggunakan smartphone, bahkan nggak memilikinya sih, hanya menggunakan hp biasa, dan seandainya punya pun saya rasa sudah terlambat untuk mendaftar menjadi driver sekarang karena sudah ditutup pendaftaranya. Saya yakin ada banyak banget keluarga yang mungkin bernasib sama seperti bapak ini.
Bukan hanya Jakarta sih yang kondisi ekonomi masyarakat. Bali juga sangat terdampak, tau sendiri kan kalo Bali itu sumber utama pemasukanya adalah dari sector pariwisata, sekarang sector pariwisata sudah tutup semua, area wisata yang terkenal seperti daerah Kuta, maupun Nusa dua udah seperti area mati, sepi banget nggak seperti biasanya yang rame banget penuh dengan pengunjung dari seluruh bagian Dunia. Hampir Sebagian besar penginapan, dan berbagai sector usaha sudah ditutup. Salah satu kenalan yang bekerja di Hotel juga sudah tidak bekeja lagi sekarang, tidak bekerja artinya tidak digaji yang berarti nggak ada pemasukan. Dia yang hanya anak muda pada umumnya nggak menyangka kalo akan terjadi wabah seperti ini, sehingga nggak menyiapkan tabungan yang cukup, karena memang sangat mendadak. Pihak hotel juga tida bisa memberi kompensasi karena keadaaan juga tidak memungkinkan. Teman saya masih ngekos dimana uang tagihan kos dan listrik mau nggak mau harus tetap dibayar walaupun tidak ada pemasukan. Pegawai sector pariwisata di daerah Nusa Dua sudah mendapat edaran akan dirumahkan hingga 3 bulan, sedangkan di daerah Kuta masih belum tau sampai kapan. Kondisi ini bisa berubah sewaktu waktu bergantung dengan nanti bagaimana wabah ini berlangsung.
Saya rasa pekerja lain seperti pegawai supermarket juga saya rasa pasti menghadapi masalah yang sama, dan saya rasa hamper Sebagian besar pekerja di Bali ini sebenernya orang rantauan yang dimana mereka bekerja disini tinggal di kos kos an. Karena anak muda dengan pekerjaan karyawan biasa nggak akan bisa membeli rumah maupun tanah di area Bali yang harga nya udah nggak masuk akal banget. Kondisi ini mirip lah dengan Jakarta dimana banyak perantauan yang tinggal di kos kos an.
Nah orang orang seperti itu juga sebenernya layak emndapat bantuan, karena mereka harus tetep butuh makan, tetep punya pengeluaran buat bayar kos kos an, dan pulsa, listrik, dan lainya, mereka terjebak di Kota dan nggak bisa pulang ke kampung halaman, bahkan kebanyakan dari mereka saya yakin nggak bisa juga memanfaatkan bantuan listrik karena meteran yang terdaftar atas nama pemilik kos saya yakin kebanyakan bukan subsidi. Mereka harus berdiam diri dirumah tanpa bantuan dan penghasilan. Salah satu kenalan saya mengatakan kalo mereka juga berusaha mencari alternative pekerjaan lain, tapi di kondisi seperti ini sangat sulit, apalagi mereka juga punya keahlian yang terbatas. Disinilah kadang saya agak merasa sedikit ketidak adilan dalam pemberi bantuan jika hanya diliat dari sisi profesi, harusnya pemberi bantuan bisa menyeleksi lebih luas agar mereka yang bener bener butuh bisa mendapat bagian juga………


Bagikan

Jangan lewatkan

Bukan cuma profesi OJOL yang butuh bantuan di tengah Pandemik Korona
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.

1 comments:

Tulis comments
avatar
May 21, 2020 at 11:06 PM

KESAKSIAN BAGAIMANA SAYA MENDAPATKAN PINJAMAN SAYA DARI PERUSAHAAN PINJAMAN DAN TERPERCAYA. Saya bernama Theresia Widiyasari dan saya tinggal di Australia, saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman agar berhati-hati karena ada penipu di mana-mana. Beberapa bulan yang lalu saya tegang secara finansial, dan karena keputusasaan saya, saya dibohongi oleh beberapa pemberi pinjaman online dengan nilai Rp75.890.000. Saya hampir kehilangan harapan sampai seorang teman saya yang merupakan seorang polisi merujuk saya ke sebuah perusahaan pinjaman yang sangat andal bernama DONNAHALL FUNDING LLC yang meminjamkan saya pinjaman tanpa jaminan sebesar Rp950.000.000 dalam 24 Jam tanpa tekanan. Jika Anda membutuhkan pinjaman apa pun, cukup hubungi mereka sekarang melalui email: (donnahallfundingllc@gmail.com). Saya menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman karena saya melewati di tangan para pemberi pinjaman palsu.
Jika Anda memiliki pertanyaan, hubungi saya: {theresiawidiyasari@gmail.com}

Reply