Dulu waktu
saya masih sekolah, sekitar tahun 2000 an akhir, paling males tuh yang namanya
dengerin orang ngobrol tentang film Asia. Kesanya cengeng, nggak gentle men,
dan lemah, bahkan saya selalu ngehindari dan menutup mata padahal belum pernah
nonton film2 Asia lohh. Padahal waktu itu kan lagi zamanya korea, Jepang dan film Thailand tuh yang banyak tayang di
TV.
Sampe pada
akhirnya, sekitar tahun 2012 atau 2013 mungkin. Jadi saya yang waktu itu megang
HDD eksternal sepupu entah lupa ada keperluan apa. Intinya sih saya ngelihat
ada banyak banget koleksi film Asia dari berbagai negara, dengan berbagai
genre. Karena saat itu lagi senggang, iseng saya nyoba nonton salah satu film
Asia. Film yang pertama saya tonton saat itu film Jepang judulnya “Heavenly
forest” atau dalam versi jepang nya berjudul “Tada kimi wo Aishiteru”.
Kesan pertama
saat saya nonton filmnya. “Amazing”, jadi gini rasanya yang dirasain orang
orang……… Setelah nonton film ini serasa ada hati saya yang tertinggal di dalam
filmnya, termenung saya sampe mungkin 3-4 harian nggak bisa nnton film lain,
dan terus terngiang tentang kisah di film itu. Biasanya kalo saya nonton film
romantic Indonesia atau pun Amerika, paling pas nontonya aja kebawa suasana,
trus pas udah selesai nonton ya udah, apalagi film Indonesia, entah kenapa
belum ada film yang bikin saya dapet feelnya, Bahkan AADC yang katanya legend
itu pun saya nggak dapet feelnya.
Next setelah
Move on dari film Jepang pertama saya kemudian next saya coba lagi nonton film
Asia. Kali ini film Korea, yang berjudul My Sassy Girl….. Setelah nonton, “Again”,
saya kebawa suasana…. Walaupun nggak seperti film heavenly Forest yang
endingnya cukup tragis, My Sassy Girl mempunyai ending bahagia, dimana kedua
main karakter di pertemukan dan sepertinya mereka hidup bahagia. Tapi
perjalanan kedua karakter menuju ending ini bener bener mengalun begitu baik,
Durasi 2 jam lebih namun fokus story hanya kepada kedua main karakter aja,
tidak ada perebutan cowok atau cewek, tidak ada pertengkaran alay, tidak ada
kebencian dan dendam. Heran saya, bagaimana mereka bisa membungkus sebuah film
yang bergenre pure Romantis seperti ini.
Next film yang
saya tonton adalah Film Korea lagi yang berjudul “The Classic”, waktu itu film
ini sangat langka, saya dapet rekomendasi dari Kaskus, dan nyari linknya sampe
berbulan bulan, hingga saya telusuri warnet2 yang menyimpan film2 sepanjang
kota malang tapi nggak nemu juga. Suatu hari secara nggak sengaja akhirnya
ketemu film ini di webuah blog luar negeri, itupun saya dapetnya yang versi VCD
dan terdiri dari 2 part. Mungkin aja saat ini lebih mudah buat dapetin film ini
di kualitas yang lebih baik, karena udah banyak banget website penyedia film
bajakan di internet, hehehe. Setelah saya mencoba dan selesai nonton film ini.
Fix,…. The Best Romantis, Film dengan tema dan ost music classic yang bener2
beda dari film lainya. Yang belum nonton film ini rugi banget deh.
Dari 3 film
itulah saya mulai membuka diri dengan film Asia, Saya tau apa yang orang rasain
ketika nonton film2 romance Asia. Entah kenapa saya merasakan perbedaan besar
antara garapan2 film romance di Negeri Asia lain dengan di Negeri kita. Di
mulai dengan acting, Bukan berarti saya bilang acting pemain kita kurang bagus
hanya saja Film2 Korea maupun Jepang mampu memberikan chemistry lebih, antar
karakter terlihat benar2 terhubung dari ketika mereka pertama bertemu hingga di
akhir story. Perubahan kedekatan bener bener terasa, Seakan akan mereka bener
bener mengalami hal tersebut padahal hanya sebuah film. Kemudian story, dari
yang pernah saya lihat di film kita storynya agak membosankan mungkin bagi
mereka yang jarang nonton film luar dengan story yang lebih bagus akan puas,
tapi bagi kita yang udah banyak dijejali oleh film2 romantis pasti akan merasa
“Mmmm kok biasa aja ya filmnya”. Kemudian dari sisi music atau backsound, Coba
ya kalo nonton film2 yang di directory oleh “Kwak Jae Yong” maaf ya kalo salah
ketik nama, film2 seperti The classic, My Sassy Girl, Cyborg She, Windstruck,
dll. Film2 tersebut mempunyai kekuatan di sisi music, mereka menggunakan music
dan instrument khusus dan khas yang hanya ada di film mereka, bukan hanya make
lagu yang udah tenar trus dijadiin soundtrack seperti kebanyakan film kita.
Coba deh tonton dan perhatiin. Sampe sekarang soundtrack2 instrument film2
teresbut masih saya simpan di hard drive dan masih sering saya dengar.
Kemudian di
pengemasan akhir, film luar mampu mengemas film mereka begitu rupa sehingga
layak untuk ditonton, bahkan film Crazy little think Call Love (Thailand) yang
memiliki story pasaran, yaitu seorang gadis buruk yang akhirnya berusaha dan
berubah lebih baik demi orang yang dia suka. Tapi mampu menyuguhkan tontonan
yang bener2 layak untuk ditontong, baik dari segi nilai kehidupan, persahabatan,
sekolahan, dan cita cita. Smeua mampu dikemas rapi dan nggak terlihat seperti
sebuah film dengan tema pasaran, malah sebaliknya. Kita bisa lihat banyaknya
review positif dari banyak penonton dunia.
Saya tidak
membicarakan film Amerika disini. Sebenernya film amerika romantic juga cukup
bagus, acting dan pengemasan mereka menarik, Ost nya juga, tapi entah kenapa
budaya mereka yang terlalu bebas dan gaya komunikasi mereka juga bebas yang
membuat feel yang saya dapat ketika menonton tidak sehebat ketika saya nonton
film2 Asia.
Saya merasa
menyesal sekarang, harusnya sebelumnya saya tidak meremehkan film2 Asia. Kalo
seandainya saya udah mengenal film2 ini sedari dulu pasti saya bisa menyikapi
banyak hal dengan berbeda. Banyak hal yang saya dapat dari film2, mulai dari
cara bersikap, cara berkomunikasi, cara bertanggung jawab akan sesuatu, dan
cara agar tidak mengecewakan orang lain, serta banyak hal lainya. Mungkin
sebagian terasa agak lebay, tapi kalo kita bisa mengaplikasikan tindakan kita
sesuai dengan keadaan dan cara kita harusnya bisa menjadi hal yang positif.
Bagikan
Pertama Nonton Film Asia (Best Korea n Jepang Movie)
4/
5
Oleh
Ard