Sudah lumrah
sekali di Indonesia ini, sesuatu yang terjadi dan terulang terus menerus di
sekitar kita pada akhirnya akan menjadi sebuah kebiasaan dan jika dibiarkan
terus menerus akan menjadi sebuah tradisi, terlepas apakah itu merupakan hal
yang baik maupun buruk. Yap kita memang hidup di sebuah Negara yang kental akan
tradisi.
Saya mempunyai
sebuah usaha kecil kecilan sebagai pemasukan tambahan untuk saya. Beberapa hari
yang lalu, saudara saya menghubungi saya dan order sesuatu kepada saya. Karena dia
terlihat tertarik maka saya pun menjelaskan detil barang saya dan tentu saja
mengenai proses dan fee yang dibayarkan seperti kepada costumer saya yang
lainya. Yaps kemudian ketika semua sudah deal, tiba tiba di akhir keluar sebuah
kalimat yang sudah saya duga di awal “Ada diskon nggak ya? Diskon untuk sodara
lahhh”.
Dengan
permintaan order yang cukup berat (bahkan saya rasa ini order terberat sejak
saya menjalani bisnis ini) serta detline yang mepet, saya sebenarnya agak segan
untuk memberikan diskon, jika yang order orang luar bahkan saya pasti sudah
mengenakan charge tambahan. Tapi karena costumer ini mempunyai embel2 “saudara”
tentu saya tidak bisa berlaku demikian (walau memang sebenarnya bukan saudara
deket2 amat sihh). Saya berusaha untuk memberikan diskon yang saya rasa cukup
pantas baik untuk nya maupun untuk saya sebagai penyedia barang dan jasa.
Setelah saya coba menawarkan harga baru yang sudah saya turunkan, ternyata dia meminta
lagi untuk dikurangi harganya, dan bahkan mematok harga sendiri dan
mengajukanya kepada saya, sambil lagi lagi membawa embel2 “saudara”. Mau nggak
mau karena merasa nggak enak, akhirnya saya pun meng iyakan saja. Story End…
Sebenernya itu
bukan merupakan order pertama yang saya terima dari saudara saya. Sebelumnya
saya juga pernah mendapat order dari saudara juga serta sahabat2 saya. Tapi
tidak semua menawar fee yang saya berikan (karena saya rasa fee yang saya patok
sudah cukup murah ketimbang fee yang ditawarkan oleh tempat lain). Bahkan
ketika proses pembayaran beberapa juga malah ngasih saya uang lebih kok.
Saya bukanya
pelit atau tidak mau membantu. Tapi bisnis itu kan hal yang beda, apalagi
disaat kerabat kita sedang berusaha untuk membuka bisnis di zaman yang seperti
ini bukanya kita harus banyak mendukung ya. Beberapa teman saya juga ada yang
memulai bisnis mereka, karena saya sudah merasakan jalan ini. Saya pun paham,
ketika saya butuh bantuan akan sesuatu, saya akan berusaha membayar mereka
sesuai dengan harga yang tertera, bahkan jika bisa saya akan berusaha memberi
lebih, bukan malah meminta diskon atau lainya. Hal itu saya lakukan sebagai
bentuk dukungan saya, kecuali kalo memang mereka yang memberikan saya secara
free baru saya akan terima saja, itupun saya akan berusaha memposting ke net
sebagai rasa terima kasih dan juga bentuk dukungan agar bisa sedikit memberikan
promosi mengenai produk tersebut.
Kalo dipikir2
invest dengan memberi diskon ke sodara itu bagus juga sih. Tapi kalo dihitung2
sih seandainya kita punya 10 saudara dalam sebulan yang meminta diskon 50%
harga jual, dimana barang yang kita jual membutuhkan modal 60% dari harga jualnya.
Maka dengan begitu kita sudah mendapat kerugian 10% yang dikalikan 10, maka
kerugian yang sudah kita terima adalah 100%. Tentu hal itu bisa menghambat laju
perkembangan bisnis seseornag kan, apalagi mereka yang memiliki modal tipis dan
masih perlu modal setiap memproduksi barang. Beda cerita kalo yang dijual
adalah Jasa, tapi tetap tidak bisa juga diperlakukan seenaknya.
Hal ini jika
hanya berlaku sekali kali sih nggak masalah, tapi yang saya takutkan adalah
kalo nanti menjadi sebuah kebiasaan dan tradisi, nantinya anak cucu kita pun
jadinya akan berpikiran hal sama karena menganggap ini adalah sebuah tradisi.
Dan saya rasa nggak cuma kebiasaan ini yang mulai menjadi tradisi, banyak hal
lainya juga yang mulai menjadi kebiasaan masyarakat kita terlepas itu
sebenarnya merupakan hal yang baik maupun buruk, next saya coba tulis di artikel
lainya.
Bagikan
Kebiasaan Sering minta diskon di Bisnis Saudara Sendiri
4/
5
Oleh
Ard