Source: Google
Tepat hari ini
17 April 2019, pemilu diadakan. Mengulang 5 tahun yang lalu, ada 2 kandidat
yang sama, yaitu Pak Jokowi dan Pak Prabowo. Tapi yang akan saya bicarakan disini
bukanlah mengenai kedua kandidat, siapapun yang nantinya menjadi presiden,
nggak masalah sih, toh kalo saya piker pribadi sih nggak akan banyak mengubah
hidup saya, hehe. Saya Cuma orang kecil sihhh, hehe.
Minggu lalu saya
mengobrol dengan teman jogging saya. Kami cukup banyak mengobrol mengenai
proses pemilu, jadi apakah proses pemilu yang kita selenggarakan sudah cukup
optimal?? Kita sempet nyeletuk, gimana ya kalo seandainya pemilu dilakukan
secara online?? Kan sekarang semua sudah berlangsung secara online, baik
transaksi, komunikasi, meeting, voting, dan banyak hal lainya. Kalo pemilu
gimana??? Mungkin bukan system full online, tapi Cuma sistemnya aja yang sedikit
disinkronisasikan secara online..
Jadi gini, kita
kan semua yang terdata resmi di Indonesia udah punya yang Namanya e-KTP. Ehh e-KTP
kita itu bisa di scan nggak sih sebenernya? Kalo dibayangan saya sih, itu bisa
di scan yang mana itu bisa menunjukan identitas kita, kan namanya juga
elektronik KTP. Jadi seandainya kita make system elektronik, nanti di setiap
TPS itu disediakan computer, beberapa biji computer disesuaikan dengan jumlah
dan jadwal masing2 warga sekitarnya. Computer itu juga dilengkapi dengan scanner.
Jadi cara memilihnya, para pemilih menyecan KTP nya terlebih dahulu, ketika
data sudah terbaca dan valid oleh system, nanti kedua calon tertampil di layar computer,
para pemilih tinggal memilih salah satunya dan menginput datanya, maka data
tersebut akan langsung masuk ke database server pusat, dan langsung terhitung
hasilnya saat itu juga secara realtime, seluruh masyarakat bisa langsung memonitorin
hasil data tersebut, nggak perlu lagi ada yang Namanya quick count, karena
hasil real sudah langsung terupdate secara realtime. Nah buat warga yang gaptek
bisa dibantu didampingin oleh panitia pemilu, panitia bisa mendampingi hingga
tahap akhir secara bertahap.
Saya rasa itu
akan jauh lebih efisien dan juga lebih efektif. Kita nggak lagi butuh kertas yang
harus distribusikan ke seluruh Indonesia. Nggak perlu lagi bikin kotak kotak
suara, kertas suara, dan banyak hal lain yang bisa meminimimalisir biaya. Biaya
distribusi kertas, biaya buat pengawasan, dan biaya biaya lainya. Kalo semisal
ada yang bertanya, buat penyediaan computer kan malah butuh biaya banyak?? Iya
bener sih, kalo beli baru tiap 5 tahun ya jelas banyak pengeluaran, tapi kan
kita bisa pake sumber daya yang udah ada. Computer itu nggak harus yang gede
kok, kan bisa make notebook/laptop. Nah bukanya pemerintah kita udah punya ya
stok di pemerintahan daerahnya masing masing, semisal yang dipake untuk membantu
sekolah di UNBK, trus laptop yang dipake buat uji tes PNS, nah make yang itu
aja, kan bisa….. Menurut saya sebaiknya pemerintah daerah harus mengalokasikan
dana buat yang Namanya menyediakan stok laptop buat event2 tertentu. Semisal
event UNBK, tes PNS, tes uji kompetensi pegawai, dan lain lainya, Mungkin modal
diawalnya tapi bakalan terus berguna kok, ketimbang tiap event beli baru, kan
malah buang apbn.
Oh iya untuk
pemilu sekarang yang saya rasakan sih ya, penyebaran surat suaranya nggak
merata, saya pribadi nggak dapet surat suara, padahal udah jelas data
kependudukan saya, alamat saya, dan lain lainya, alasan panitia sih, karena
kekurangan surat suara, lahhh emangnya kagak didata jumlah penduduknya??? Anggep
aja ada kecelakaan sehingga menyebabkan surat suara hilang beberapa, tapi
apakah nggak ada surat suara cadangan?? Kan bisa aja dalam keadaan tertentu
surat suara dicetak di domisili masing2 untuk memenuhi kekurangan, tapi dengan
pengawasan yang ketat juga tentunya. Kalo gini caranya kan banyak yang nggak
bisa nyoblos?? Apa itu adil?? Bukan Cuma keluarga saya kok yang nggak dapat,
banyak juga keluarga lainya yang nggak dapet, sampe rame tadi di TPS…
Trus juga banyak
mereka yang seorang perantauan nggak bisa nyoblos, alasanya sih karena dokumen
ada yang kurang entah dokumen apa saya lupa. Nah kalo system online kan kita
bisa nyoblos didaerah manapun, bakal lebih mudah pastinya. Ya coba dipikir aja,
di daerah Surabaya, Jakarta, Denpasar, maupun kota besar lainya, bisa dibilang
setengah penduduknya bahkan mungkin lebih merupakan perantauan. Mereka merantau
karena untuk bekerja, yang Namanya pekerja pasti sibuk, dan mungkin sebagian dari
mereka tidak sempat mengurus dokumen yang dibutuhkan untuk menjadi pemilih di
pemilu, bahkan mungkin sebagian besar bahkan nggak tau malahan, ya kalo udah
gini kan sebagian besar penduduk kita golput, apalagi ditambah jumlah mereka
yang nggak dapet surat suara, kan jadi tambah banyak. Tentu saja itu mempengaruhi
hasil pastinya. Tapi memang ada beberapa TPS tadi yang menerima mereka yang tidak
memiliki surat suara dengan menunjukan KTP, tapi nggak semua TPS kok, ada
beberapa TPS yang menganak tirikan. Itu berita yang saya denger dari Ibu ibu
tetangga.
Temen saya
sempet bertanya, kalo online keamananya gimana? Kan bias aja di hack? Akhirnya saya
balik nanya, emangnya kalo system sekarang ini nggak bisa terjadi kecurangan
ya? Kalo pribadi saya sih sama aja, kecuali sih kalo tim IT yang ngurus
sistemnya itu tim abal2 ya bias aja rawan kecurangan, tapi kalo tim professional
dengan jumlah pengawasan yang cukup maka nggak akan terjadi kok, malah lebih
aman. Nah sekarang masalahnya Cuma satu, yaitu servernya. Please kalo bikin system
online jangan pake server sembarangan, Pake lah server yang super besar juga,
karena bakal diakses oleh seluruh masyarakat di kurun waktu yang sama. Jangan kayak
pendaftaran PNS kemaren yang servernya down parah, dan prosesnya crowded banget
dahhh…..
Nanti kedepanya
kita, kalo memang berhasil, Negara kita bisa bikin system pemilu full online,
yang bahkan bisa diakses melalui perangkat mobile, kita bisa memilih sambal tiduran
dirumah, hasil voting kita bisa langsung masuk ke database setelah kita vote di
HP, dan langsung bisa kita awasi secara realtime perkembanganya semuanya melalui
genggaman, maupun melalui pc pribadi. Nah kalo kita bisa sampe ke tahap ini,
malah canggih banget sih, cuma menurut pribadi saya bertahap dulu sih, soalnya
kalo langsung ke system penduduk kita yang masih belum mengenal perangkat computer
pasti akan kesulitan memilih. Jadi perlahan aja. Kita sekarang ini ada di zaman
perubahan. Rata rata meraka yang sudah sangat mahir dengan perangkat computer maupun
mobile merupakan mereka yang lahir di tahun 90 an keatas, mereka yang lahir
tahun 80 an kebawah, mungkin sebagian besar belum menguasai teknologi canggih
ini. Mereka yang lahir tahun 90 an saat ini sudah berumur 20 an, termasuk saya
sendiri berada di masa ini. Kita kita inlah nanti yang akan meneruskan
perjuangan sesepuh kita, Nanti akan ada saat kita harus memutuskan bahwa semua
proses harus bisa terintegrasi secara online dan semua harus bisa berjalan
dengan baik. Nanti akan ada masa dimana kita menjadi sesepuh, namun kita sudah
mengenal teknologi, dan di saat itulah proses integrase full online akan bisa
diterapkan, karena kita sudah siap untuk menerima itu semua, berbeda dengan
generasi sebelumnya yang saya rasa belum siap untuk itu.
Ini cuma obrolan
iseng aja sih dari apa yang saya rasakan, dan apa yang saya pikirkan bisa
menjadi solusi. Hal ini sebenarnya bisa diterapkan ke banyak hal. Karena saya
rasa sekarang banyak BUMN kita yang masih kurang bisa bersinergi Bersama, masih
pada egois berjalan masing2 demi mengejar prestasi masing masing……
Bagikan
Bagaimana kalo Pemilu pake sistem Online?? perjalanan pemilu 2019 ini
4/
5
Oleh
Ard