Merantau tidak selalu menjadi suatu hal
yang menyenangkan bagi seorang anak. Berpindah untuk mempertahankan roda
kehidupan merupakan hal yang biasa bagi keluarga kami dulu. Dulu gue, bukanlah
orang yang bisa cepat beradaptasi dengan lingkungan baru. Ketika dalam
lingkungan yang baru, gue selalu merasa berbeda, gue selalu merasakan bahwa
orang2 selalu membicarakan gue dibelakang. Bali, adalah tempat dimana akhirnya
keluarga gue menetap. Lama gue tinggal di bali hingga akhirnya gue berhasil
beradaptasi dan memiliki banyak teman. Teman hanyalah seonggok teman dan akan
berganti setiap saat. Walaupun begitu gue tetap berusaha beradaptasi. Hari hari
berlangsung menyenangkan setiap harinya.
Suatu hari terjadi terorisme di Bali,
telah terungkap bahwa pelaku terorisme berasal dari tempat dimana gue lahir.
Kehidupan gue pun berubah. Walaupun tidak seutuhnya namun ada beberapa orang
yang memandang gue berbeda. Bahkan menjuluki gue dengan sebutan yang cukup
kasar, yang bahkan gue sendiri nggak paham apa arti dari julukan itu saat itu,
yang pasti itu adalah hal negative. Bahkan yang paling nggak bisa gue lupakan
adalah, Guru gue sendiri juga ada yang memanggil gue dengan sebutan itu. Gue
nggak tau apa salah gue, saat itu gue hanyalah seonggok anak kecil yang tidak
mengerti apa2, dan terkena imbas atas apa yang nggak gue lakuin, dan bahkan
nggak gue mengerti.
Dengan sikap Introvert yang gue miliki,
Dulu gue sempat memberontak, Dalam hati gue menggerutu, kenapa gue harus
tinggal di tempat ini, kenapa gue tinggal ditempat yang sangat ramai, kenapa
tempat ini begitu asing, kenapa gue mendapat perlakuan yang berbeda, dan kenapa
gue harus menjadi bagian dari minoritas. Tapi semakin lama dan seiring
berjalanya waktu, akhirnya gue mengerti, memang ini lah yang terbaik. Tempat
ini telah memberi banyak kenangan, walau nggak semuanya menyenangkan. Tempat
inilah tempat gue tumbuh, tempat inilah tempat gue mendapatkan banyak sahabat
dari SD, SMP, hingga SMA.. Tempat ini yang membentuk pola pikir gue saat ini,
tempat ini yang menuntun gue untuk menuntut Ilmu lebih tinggi di Kota
Pendidikan, Tinggal di Kota besar
membuat gue ingin mendapatkan sesuatu yang lebih, lebih, dan lebih. Tempat ini
yang memotivasi gue sehingga gue mempunyai cita-cita yang tinggi. Hingga saat
ini, bahkan impian gue semakin tinggi. Manusia memang serakah, walaupun hal
tersebut mustahil, bukan berarti hal tersebut tidak mungkin kan, bahkan jika
kemungkinan tercapainya hanya 0.1% pun gue akan tetap mencoba. Semua itu karena
tempat ini, seandainya gue masih tinggal di Desa, mungkin gue yang sekarang
hanyalah berupa gumpalan debu yang memiliki pola pikir terbatas.
Entah
kenapa gue sekarang bangga bisa tinggal di Bali. Orang-orang bilang Indonesia
sangat kaya karena memiliki beribu pulau, beribu kebudayaan, beribu sumber daya
alam dan berjuta kaum Intelektual. Tapi menurut gue Indonesia lebih dari itu
karena Indonesia memiliki bali, tempat dimana berbagai kaum dari penjuru Negeri
berkumpul, tempat dimana berbagai Agama bersatu, dan tempat dimana sebuah
impian bisa menjadi kenyataan.
Hidup minoritas
bukanlah suatu hal yang buruk, itu tergantung bagaimana cara kita menyikapinya,
gue salah menyikapi di masa lalu, sehingga gue sempat merasa terpuruk. Namun jika
kita berpikir positif, maka semuanya akan mampu dilewati dan membentuk jiwa
yang lebih kuat pada diri kita. Apa yang ada dalam diri gue sekarang merupakan
hasil dari apa yang udah gue lalui di Masa lalu. Hal yang sudah dilalui tidak
akan bisa dirubah dan tidak mudah untuk dilupakan.Biarlah masa lalu yang buruk
menjadi sebuah kenangan, menjadi sebuah pelajaran yang dapat kita ambil untuk
dijadikan pijakan sehingga dapat merubah Negeri kita menjadi lebih baik
kedepanya.
Thank you BALI
Bagikan
Dilema Kehidupan Minoritas
4/
5
Oleh
Ard