Hari ini gue mau nyampah. Gue akan membahas kejadian waktu mudik
kemarin. Setiap mudik gue selalu melalui selat Bali. Pelabuhan ketapang, yang
menghubungkan antara Banyuwangi dan Gilimanuk selalu menjadi pemandangan yang
selalu gue saksikan setiap tahunya. Seperti yang terjadi setiap tahunnya, di
musim pemudik pelabuhan selalu penuh oleh para pemudik yang ingin pulang ke
kampung halamanya. Namun tahun ini gue melihat dalam perspective yang berbeda.
Gue akhirnya sadar tentang ketidak disiplinannya masyarakat Indonesia. Hari itu
gue ngelihat pemandangan luar biasa di tengah laut…..
Sekilas pemandangan di Lautan Selat Bali |
Yahh pemandangan seperti itulah yang gue lihat. Tepat saat
melihat sampah2 itu gue ngelihat ada orang yang ngelemparin kulit jeruk dari
lantai atas dek kapal. Disaat yang sama gue ngelihat Anak kecil yang beteriak
ke orang yang buang kulit jeruk sembarangan. Anak itu berseru untuk agar jangan
membuang sampah sembarangan karena akan merusak lautan. Gue salut sama anak itu,
anak itu berani meneriakan apa yang ada dipikiranya secara lantang. Anak itu
didampingi oleh Ibunya yang juga sepertinya seorang pencinta alam. Ibu yang
sepertinya telah mengajari banyak hal positif kepada gadis kecilnya tersebut.
Dari yang gue lihat, teriakan gadis itu tidak dgubris sama sekali oleh oknum
tersebut. Mungkin orang itu tidak terima diperingatkan oleh anak kecil,
walaupun dia sadar kalau dia salah. Khas orang Indonesia, Ego nya masih sangat
tinggi. Satu hal yang membuat gue malu saat itu. Apa yang udah gue lakuin saat
itu, gue tau itu salah, dalem hati gue pengen ngingetin, tapi pada akhirnya gue
cuman diem dan cuman bisa terkesima dengan tindakan yang dilakukan oleh bocah
itu. Gue yakin sebagian orang yang menyaksikan kejadian itu juga merasakan apa
yang gue rasain. Ini salah satu gambaran masyarakat Indonesia. “TAU, TAPI TIDAK
TAU BAGAIMANA HARUS BERTINDAK”
Ketika gue ngelihat sampah di laut gue merasa kalo
sebenarnya ada kemungkinan sampah itu berasal dari sampai kota yang mengalir
melalui sungai hingga ke laut. Namun tidak dapat dipungkiri kalo beberapa orang
tertentu juga terkadang sering membuang sampah sembarangan di laut. Waktu gue
ngelihat kulit jeruk dibuang, gue sama sekali nggak mempermasalahkan kulit
jeruk yang dibuang tersebut. Gue berpikir, kulit jeruk itu kan bersifat
organic, jadi secara alami renik di lautan akan memproses kulit tersebut
sehingga akan terurai dan mungkin nantinya dimakan oleh penghuni lautan, maupun
akan memiliki fungsi lain dilautan. Namun sebagai catatan, hal itu berlaku
selama jumlah sampah organic yang dibuang tidak banyak. Kalo yang dibuang
sampah non organic baru lain ceritanya.
NAMUN SATU HAL LAIN YANG GUE RISAUKAN, satu hal yang bener2
ganggu gue itu pola pikir masyarakatnya. Definitly nya sih ya, menurut saya
kemungkinan orang yang sering buang sampah sembarangan itu pada dasarnya nggak
sadar pada apa yang mereka lakukan. Mereka hanya terbiasa melakukanya sehingga
walaupun banyak tulisan dan aturan yang disampaikan mereka sulit lepas, mungkin
dalam pikiran mereka “buang sampah cuman dikit aja, kan jarang2, lagian juga
nggak mungkin sampe dipenjara cuman gara2 buang sampah”. Kalo pemikiran orang2
banyak berpikir seperti itu bukanya pada akhirnya sampah akan terus menumpuk,
Maka dari itu pola pikir itu sangat penting, pola pikir membentuk kesadaran
dari setiap orang untuk berbuat lebih baik. Ilmu pengetahuan itu nggak
menentukan pola pikir orang lohhh,,
walaupun biasanya orang yang memiliki pengetahuan baik biasanya memiliki pola
pikir yang luas. Bagaimana kita
memposisikan diri kita dari sudut pandang yang berbeda, dan bagaimana kita
mengumpamakan suatu hal, berpikir panjang dan menentukan tindakan sebelum
berbuat sembrono.
Pendidikan, yaaa…. Pendidikan di Indonesia ini terus
berkembang, setiap tahun pendidikan terus di tingkatkan dan APBN yang
dikucurkan juga semakin tinggi. Gue kurang tau system pendidikan saat ini, tapi
yang pasti saat gue sekolah dulu, khususnya hingga SMA. Pemikiran gue bener2
tertutup, gue bener2 nggak peduli dengan hal sekitar, gue terlalu terbuai
dengan kehidupan SMA atau sekolah. Bahkan gue nganggep kalo guru itu sosok yang
horror. Sosok yang Cuma bisa ngekang murid, marahin murid, dan ngasih tugas
doing. Entah gue seneng banget kalo disekolah pulang lebih awal, gue sama sekali
nggak peduli dengan pendidikan. Asal masuk sekolah aja ya udah cukup. Tiap hari
main sama temen, main ps, dan mainan terus lah intinya. Gue merasa mungkin hampir
temen sekelas gue juga ngerasain hal yang sama. Hubungan antara murid dan Guru
terasa cukup jauh, apalagi untuk guru2 tertentu yang punya label HOROR. Entah
kenapa masa muda gue berlalu begitu saja, tanpa meninggalkan hal positif
sedikitpun, apa yang udah gue kontribusiik ke sekolah atau ke Indonesia, gue
bener2 malu sekarang. Kadang gue nyalahin diri gue sendiri. Namun gue sadar
nggak sepenuhnya gue salah. Yahhh, saat itu gue hanyalah sesosok anak2 yang
masih memiliki pengetahuan yang sempit, bukanya disitu lah peran guru untuk
memberikan pengetahuan yang lebih luas, bagaimana caranya untuk membuat pola
pikir murid2 menjadi lebih terbuka,
bukan hanya memberi tugas , dan memarahi terus menerus sehingga murid pada
akhirnya hanya menganggap pelajaran itu sesuatu yang tidak menyenangkan dan
susah. Lohhh pembahasanya malah kemana mana ini…..
“INTINYA POLA PIKER ITU SANGAT PENTING. KALO ORANG SUDAH
PUNYA PENGETAHUAN DAN POLA PIKIR MAJU (DALAM HAL POSITIF), ORANG TERSEBUT AKAN
SADAR DENGAN SENDIRI NYA AKAN HAL BAIK DAN HAL BURUK. HAL TERSEBUT AKAN
BERIMBAS TERHADAP HAL TINDAKAN YANG DILAKUKANYA, SEBAGAI KUNCINYA POLA PIKIR
JAUH LEBIH BAIK JIKA DIBANGUN SEJAK DINI”
Bagikan
Pola pikir Masyarakat “Kumpulan Sampah di Selat Bali”
4/
5
Oleh
Ard
2 comments
Tulis commentsEfektifnya sih ASDP harus pasang poster - poster yang berisi foto dan/atau atau infografis seputar sampah di laut; dan ditempel di semua armada kapal feri di seluruh Indonesia. Mungkin dengan foto yang agak "disturbing" tapi nggak bikin parno anak kecil. Seperti foto fauna laut yang jadi korban karena tersangkut di sampah plastik, atau nasib penyu yang sering mengonsumsi plastik bening dkarena dikira ubur ubur. Barusan aja nih, saya lagi naik feri juga dari ketapang ke gilimanuk. Kali ini si ABK itu sendiri yang buang sampah ke laut. Semacam plastik, tapi kurang jelas karena kondisi jam 2 pagi. Karena saya yang paling dekat dengan ybs, saya panggil aja "mas," sambil nunjuk ke tulisan "dilarang membuang sampah ke laut" yang tertera jelas. Eh si ABK malah cengengesan terus kabur ke ruang mesin. Tahun 2010 lalu sampe sekarang Indonesia masih memegang peringkat kedua penyumbang sampah plastik terbesar ke lautan dunia setelah China. Hebat yah prestasi nrgsra kita. Salut! Bahkan India yang padat penduduk aja ga masuk 10 besar. Untuk info soal laporan dan hasil risetnya search aja "IBT world worst marine polluters".
ReplyIya setuju, kelestarian alam memang harus dijaga
Reply