Di Artikel
sebelumnya, saya menceritakan pengalaman saya saat mendaki gunung Abang yang
merupakan gunung tertinggi ketiga di Bali, Nah kali ini saya melanjutkan
petualangan saya di gunung Agung. Dengan Ketinggian 3031 Mdpl, Gunung ini
merupakan gunung tertinggi di Bali. Berbeda dengan pendakian gunung Abang, di
gunung Agung, kami melakukan persiapan yang lebih matang, kali ini kami membawa
tenda untuk nantinya dipasang di pos ke dua agar bisa beristirahat sambil
menunggu fajar.
Kami berangkat
sekitar jam 4 sore dari Denpasar dan baru sampe ke titik awal pendakian sekitar
jam setengah 7. Disana kami beristirahat sebentar sambil menunggu Guide dating.
Di gunung ini kita dianjurkan untuk sebaiknya menggunakan Guide, karena saat
perjalanan akan banyak jalan bercabang yang ditemui, selain itu juga jalurnya
cukup extreme sehingga memang perlu orang yang berpengalaman untuk memberi
petunjuk jalur sepanjang perjalanan.
Tepat jam 7
sore (mendekati malam) kami berangkat. Walau jalurnya cukup curam, tapi Kami
berjalan cukup cepat, ada beberapa grup pendaki lain yang berhasil kami
salip. 3 jam kami berjalan,sekitar jam
10 malam, kami sudah sampai di Pos kedua, kata guide nya sih, ini pos terakhir
dimana kita bisa melihat hutan, setelah ini kita bakal melanjutkan perjalanan
melalui jalur bebatuan dan berpasir. Tapi perjalanan dilanjtkan saat mendekati
fajar aja. Di pos ini kami memasang tenda dan beristirahat menghangatkan badan.
Sejauh ini sih
jalur nya masih seperti pendakian di gunung Abang, agak terjal dan banyak jalur
yang licin, tapi masih berada di tengah2 hutan, dan banyak akar2 pohon juga
yang bisa dijadikan pijakan untuk mempermudah perjalanan. Nggak ada yang
special sih. Menurut penjelasan dari Guide kami, Pos kedua ada di ketinggian
sekitar ketinggian 2400Mdpl, cukup tinggi juga ternyata, bahkan pos ini sudah
lebih tinggi ketimbang puncak gunung Abang.
Tenda berdiri,
karena posisi kita cukup tinggi dan tanpa di hadang oleh pepohonan, jadi angin
pun langsung mengarah ke tenda, rasanya dinggin banget. Serasa angin bisa
menembud tenda. Anginya kenceng banget dah pokoknya, itu yang memaksa kita
sampe akhirnya masak di dalem tenda, wkwkwk Lumayan lahh agak anget dikit
setelah menyantap mie dan air anget. Setelah itu kami masih sempat tidur
sebentar sampe akhirnya waktu sudah menunjukkan jam 4 pagi, kita harus
melanjutkan perjalanan.
Kelompok kami
bukan yang pertama, beberapa kelompok lainya sudah terlebih dahulu memulai
perjalanan. Setelah membereskan semua perlengkapan, dan meninggalkan beberapa
peralatan di tenda. Kami langsung melanjutkan pendakian. Mungkin sekitar jam 4
lewat 15 menit kalii ya, perjalanan kami lanjutkan. Kali ini perjalanan cukup
sulit, jauh lebih sulit ketimbang dengan perjalanan di dalam hutan. Jalur full
bebatuan dan berpasir, seperti yang dikatakan oleh Guide kemarin, selain itu
juga angin yang cukup kencang dan membawa hawa dingin. Kadang saya ngerasa kalo
aja nih tangan atau kaki nggak berpegang dengan benar, bisa aja aku terbang
ketiup angin, saking kencengnya angin yang bertiup saat itu.
Beberapa menit
perjalanan awal, kami melewati jalur berpasir, yang walaupun licin masih bisa
kita lewati dengan berjalan biasa dengan berpegang dengan bebatuan besar yang
ada disekitar. Makin tinggi, makin terjal, sampai dimana ada jalur yang kita
memang bener2 harus memanjat untuk melewatinya. Saya ngerasa udah kayak cicak
sih, tangan dan kaki menempel di bebatuan, berjuang keras untuk terus menggapai
puncak ditengah terpaan angin yang cukup kencang di malam itu. Walau begitu
tapi sepertinya kelompok kami berjalan cukup cepat dan sempat menyalip beberapa
kelompok yang tadinya berangkat duluan dari camp di pos ke dua.
Dengan
perjuangan yang cukup keras sekitar jam 6 pagi, tepat saat cahaya matahari
mulai terbit, disaat itu juga kita berhasil mencapai ke puncak. Puas banget
rasanya, semua rasa capek dan ketengan yang saya rasain sepanjang perjalanan
rasanya langsung terbayar dengan keindahan yang terpampang jelas di puncak
Agung ini. Kelompok kami buka yang pertama sampe, ada satu kelompok yang sudah
sampe duluan dan sudah mulai mengambil berbagai jenis foto di puncak ini. Kami
juga nggak mau kalah, ada banyak view yang bisa di abadikan disini.
Untungnya
cuaca cukup bagus, sehingga nggak ada kabut atau apapun yang menghalangi
pemandangan, dari puncak ini semua gunung2 sekitar juga terlihat, seperti
Gunung Batur, gunung Abang, dan gunung Batukaru yang memang posisinya nggak
jauh dari gunung Agung, bahkan gunung Rinjani pun terlihat dari sini, selain
itu danau batur yang terpampang begitu lebar diantara beberapa pegunungan lain
juga terlihat jelas dari atap Gunung tertinggi ini. Puas banget dah pokoknya
Bagikan
Pengalaman Mendaki Gunung Agung - Gunung Tertinggi di Bali (3031 Mdpl)
4/
5
Oleh
Ard