Tuesday, September 15, 2020

Pengalaman Mendaki Gunung Agung - Gunung Tertinggi di Bali (3031 Mdpl)



Di Artikel sebelumnya, saya menceritakan pengalaman saya saat mendaki gunung Abang yang merupakan gunung tertinggi ketiga di Bali, Nah kali ini saya melanjutkan petualangan saya di gunung Agung. Dengan Ketinggian 3031 Mdpl, Gunung ini merupakan gunung tertinggi di Bali. Berbeda dengan pendakian gunung Abang, di gunung Agung, kami melakukan persiapan yang lebih matang, kali ini kami membawa tenda untuk nantinya dipasang di pos ke dua agar bisa beristirahat sambil menunggu fajar.
Kami berangkat sekitar jam 4 sore dari Denpasar dan baru sampe ke titik awal pendakian sekitar jam setengah 7. Disana kami beristirahat sebentar sambil menunggu Guide dating. Di gunung ini kita dianjurkan untuk sebaiknya menggunakan Guide, karena saat perjalanan akan banyak jalan bercabang yang ditemui, selain itu juga jalurnya cukup extreme sehingga memang perlu orang yang berpengalaman untuk memberi petunjuk jalur sepanjang perjalanan.
Tepat jam 7 sore (mendekati malam) kami berangkat. Walau jalurnya cukup curam, tapi Kami berjalan cukup cepat, ada beberapa grup pendaki lain yang berhasil kami salip.  3 jam kami berjalan,sekitar jam 10 malam, kami sudah sampai di Pos kedua, kata guide nya sih, ini pos terakhir dimana kita bisa melihat hutan, setelah ini kita bakal melanjutkan perjalanan melalui jalur bebatuan dan berpasir. Tapi perjalanan dilanjtkan saat mendekati fajar aja. Di pos ini kami memasang tenda dan beristirahat menghangatkan badan.
Sejauh ini sih jalur nya masih seperti pendakian di gunung Abang, agak terjal dan banyak jalur yang licin, tapi masih berada di tengah2 hutan, dan banyak akar2 pohon juga yang bisa dijadikan pijakan untuk mempermudah perjalanan. Nggak ada yang special sih. Menurut penjelasan dari Guide kami, Pos kedua ada di ketinggian sekitar ketinggian 2400Mdpl, cukup tinggi juga ternyata, bahkan pos ini sudah lebih tinggi ketimbang puncak gunung Abang.
Tenda berdiri, karena posisi kita cukup tinggi dan tanpa di hadang oleh pepohonan, jadi angin pun langsung mengarah ke tenda, rasanya dinggin banget. Serasa angin bisa menembud tenda. Anginya kenceng banget dah pokoknya, itu yang memaksa kita sampe akhirnya masak di dalem tenda, wkwkwk Lumayan lahh agak anget dikit setelah menyantap mie dan air anget. Setelah itu kami masih sempat tidur sebentar sampe akhirnya waktu sudah menunjukkan jam 4 pagi, kita harus melanjutkan perjalanan.
Kelompok kami bukan yang pertama, beberapa kelompok lainya sudah terlebih dahulu memulai perjalanan. Setelah membereskan semua perlengkapan, dan meninggalkan beberapa peralatan di tenda. Kami langsung melanjutkan pendakian. Mungkin sekitar jam 4 lewat 15 menit kalii ya, perjalanan kami lanjutkan. Kali ini perjalanan cukup sulit, jauh lebih sulit ketimbang dengan perjalanan di dalam hutan. Jalur full bebatuan dan berpasir, seperti yang dikatakan oleh Guide kemarin, selain itu juga angin yang cukup kencang dan membawa hawa dingin. Kadang saya ngerasa kalo aja nih tangan atau kaki nggak berpegang dengan benar, bisa aja aku terbang ketiup angin, saking kencengnya angin yang bertiup saat itu.
Beberapa menit perjalanan awal, kami melewati jalur berpasir, yang walaupun licin masih bisa kita lewati dengan berjalan biasa dengan berpegang dengan bebatuan besar yang ada disekitar. Makin tinggi, makin terjal, sampai dimana ada jalur yang kita memang bener2 harus memanjat untuk melewatinya. Saya ngerasa udah kayak cicak sih, tangan dan kaki menempel di bebatuan, berjuang keras untuk terus menggapai puncak ditengah terpaan angin yang cukup kencang di malam itu. Walau begitu tapi sepertinya kelompok kami berjalan cukup cepat dan sempat menyalip beberapa kelompok yang tadinya berangkat duluan dari camp di pos ke dua.
Dengan perjuangan yang cukup keras sekitar jam 6 pagi, tepat saat cahaya matahari mulai terbit, disaat itu juga kita berhasil mencapai ke puncak. Puas banget rasanya, semua rasa capek dan ketengan yang saya rasain sepanjang perjalanan rasanya langsung terbayar dengan keindahan yang terpampang jelas di puncak Agung ini. Kelompok kami buka yang pertama sampe, ada satu kelompok yang sudah sampe duluan dan sudah mulai mengambil berbagai jenis foto di puncak ini. Kami juga nggak mau kalah, ada banyak view yang bisa di abadikan disini.


Untungnya cuaca cukup bagus, sehingga nggak ada kabut atau apapun yang menghalangi pemandangan, dari puncak ini semua gunung2 sekitar juga terlihat, seperti Gunung Batur, gunung Abang, dan gunung Batukaru yang memang posisinya nggak jauh dari gunung Agung, bahkan gunung Rinjani pun terlihat dari sini, selain itu danau batur yang terpampang begitu lebar diantara beberapa pegunungan lain juga terlihat jelas dari atap Gunung tertinggi ini. Puas banget dah pokoknya

Bagikan

Jangan lewatkan

Pengalaman Mendaki Gunung Agung - Gunung Tertinggi di Bali (3031 Mdpl)
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.